Hujan.
"...sebanyak rintik yang berjatuhan, sebanyak itu pula aku bersyukur telah mengenalmu..."
-----------------------------------------------
Dahulu, aku
sempat membaca tulisan tentang seorang yang begitu mencintai hujan
sampai dia memanahkan hatinya kepada seorang gadis yang sangat ia
rindukan.
"Coba hitung gerimis yang berjatuhan diluar sana. Sebanyak itu pula aku merindukanmu!"
Malam tadi, kemarin, kemarinnya lagi, dan hari-hari sebelumnya, kutemukan hujan sedia singgah sejenak demi mengusap air mata yang menyelinap dalam pedih. Dedaunan menjadi basah, Aspal kian kuyup, menciptakan aroma yang khas dan tak asing. Dan semakin saja kucium bebauan tersebut, semakin pula aku rindu akan dirinya. Aku benar-benar merindukannya.
Hingga dini
hari menjemput, aku masih saja terjaga; menunggu pagi yang hendak
menghujam ruh-ku terik. Aku menolak terbuai; aku terjaga, meski hujan
sedari tadi menghentikan hujamannya.
Dan aku, selalu mencari wajahmu dibalik percikan air hujan; mencari rindu yang tak pernah padam. Meski engkau telah pergi bersamanya; orang yang kau cintai, dan bukan aku.
Dan aku, selalu mencari wajahmu dibalik percikan air hujan; mencari rindu yang tak pernah padam. Meski engkau telah pergi bersamanya; orang yang kau cintai, dan bukan aku.
tq for: Puisi Bocah Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar